Karas

Peneresan, Teknik Tebang Kayu yang Ramah Lingkungan

Masyarakat Jawa dalam membangun rumah umumnya menggunakan kayu jati. Jenis kayu ini sangat populer karena tingkat keawetan dan kekuatannya yang tak tertandingi. Untuk mendapatkan kualitas kayu yang baik, diperlukan suatu teknik tebang yang tepat supaya tidak merusak struktur kayunya. Terdapat pula aturan-aturan tertentu yang harus dilakukan dalam penebangan pohon

Rabu, 27 Oktober 2021

1,022 Kali

0 Kali

5 Menit

Masyarakat Jawa dalam membangun rumah umumnya menggunakan kayu jati. Jenis kayu ini sangat populer karena tingkat keawetan dan kekuatannya yang tak tertandingi. Untuk mendapatkan kualitas kayu yang baik, diperlukan suatu teknik tebang yang tepat supaya tidak merusak struktur kayunya. Terdapat pula aturan-aturan tertentu yang harus dilakukan dalam penebangan pohon ini. Menurut tradisi, pohon yang boleh ditebang merupakan pohon yang sudah berusia tua, sedangkan penentuan masa penebangan dilakukan berdasarkan pranata mangsa. Pranata mangsa merupakan sistem kalender Jawa berdasarkan intuisi leluhur yang digunakan sebagai patokan dalam menebang pohon. Penebangan pohon dilakukan pada musim-musim tertentu yang biasanya dilaksanakan pada mangsa tuwa, berkisar antara tanggal 1 Maret hingga 13 Mei. Kayu yang ditebang pada musim ini akan memiliki kandungan lignin yang paling rendah, sehingga tidak mudah dimakan serangga dan juga memiliki kelenturan yang paling tinggi.

Setelah ditentukan pohon jati mana yang akan ditebang, maka selanjutnya dilakukan peneresan, yang prosesnya juga dilakukan pada mangsa tuwa. Menurut Sĕrat Kawruh Griya, proses peneresan merupakan aktivitas pertama dalam serangkaian proses penebangan pohon. Peneresan adalah aktivitas pengelupasan kulit batang dan kambium pada bagian pangkal batang pohon yang masih hidup. Hal ini dilakukan agar kambium dan kulit batang tersebut terpisah dan terlepas dari pohon yang akan ditebang. Peneresan kayu jati dilakukan selain untuk mempermudah pengeluaran kayu juga agar batang kayu tidak mudah pecah. Tujuannya tidak hanya menekan kerusakan kayu jati, tetapi diharapkan juga dapat mengurangi biaya produksi. Sebagaimana dikatakan Soenarno (1990: 101), penebangan kayu jati yang didahului dengan proses teres mempunyai sifat yang lebih elastis, tahan terhadap pecah banting, tidak mudah membelah dan mempunyai berat yang relatif ringan. Di dalam bab 4 Sĕrat Kawruh Griya sendiri, dituliskan proses peneresan seperti di bawah ini.


Nĕgor kajĕng jati ingkang sae anggenipun punike kĕdah katĕrĕs rumiyin. Nĕrĕs punika poking wit kintĕn-kintĕn 3 utawi 4 kaki saking siti, kabacok ing wadung mubĕng tĕpung gĕlang, wiwit kulit dumugi ingkang sampun warni abrit, godhong lajĕng sami gogrog, saha lajĕng anggalinggang, mĕnawi sampun sĕtaun saking panĕrĕsipun sampun kenging katĕgor, amargi sampun garing, wanteg botĕn angulĕt.”

Terjemahan:

Menebang kayu jati yang baik harus didahului dengan proses peneresan. Meneres dilakukan pada pangkal pohon kira-kira 3 atau 4 kaki dari tanah, dibacok menggunakan wadung (alat untuk membelah kayu) dengan cara melingkar penuh mulai dari kulit sampai pada bagian yang sudah berwarna merah (kambium). Lama-kelamaan daun akan rontok kemudian mengering. Jika sudah setahun dari pengelupasan kulit maka kayu jati siap ditebang karena sudah kering, kuat, tidak melengkung.

Peneresan dilakukan dengan pelepasan kulit dan kambium (bagian yang sudah berwarna merah) batang secara melingkar penuh berkisar 1 meter (3 atau 4 kaki; 1 kaki = 30-48 cm) dari pangkal pohon. Bagian kulit dan kambium yang dikelupas dan dihilangkan berukuran 15-20 cm. Dengan demikian, kulit dan kambium yang menyelimuti di batang bagian bawah dan akar pohon terpisah sepenuhnya dengan kulit dan kambium yang menyelimuti di batang bagian atas pohon (Suranto, 2011: 45).

Proses peneresan dibiarkan hingga pohon perlahan mati yang ditandai dengan daun-daun yang rontok dan mengering. Proses ini membutuhkan waktu sekitar satu tahun. Terhentinya proses transportasi zat makanan yang berasal dari daun menuju akar pohon merupakan akibat dari terputusnya hubungan kambium dengan kulit pohon. Akar pohon tidak lagi memiliki energi dan daya tumbuh, sehingga proses penyerapan air dan garam mineral tidak dapat dilakukan, demikian juga proses pengaliran dari akar menuju daun. Padahal, air dan garam mineral merupakan unsur dasar dalam proses fotosintesis. Tanpa adanya air dan garam mineral, maka fotosintesis tidak akan berlangsung sehingga daun tidak dapat membentuk glukosa sebagai sumber energi. Lama-lama daun akan layu, mengering, kemudian gugur.

Peneresan pohon selama kurang lebih satu tahun akan menghasilkan kondisi kayu yang siap tebang. Selain itu, terjadi juga perubahan-perubahan terhadap kondisi kayu. Suranto (2011: 47) mengatakan bahwa perubahan-perubahan itu adalah kadar air dalam kayu lebih rendah, sehingga kayu menjadi lebih ringan, elastisitas kayu menjadi lebih ringan, tegangan pertumbuhan kayu lebih ringan, dan distribusi tegangan pertumbuhan di antara kayu-kayu penyusun batang menjadi lebih rata dan seimbang. Keempat kondisi ini sangat kondusif dalam proses penebangan pohon. Batang pohon akan terhindar dari cacat retak, pecah maupun terbelah, sedangkan perubahan yang terakhir adalah kadar pati dalam kayu lebih rendah sehingga terhindar dari serangan serangga penggerek kayu. Tentunya, kayu akan lebih awet jika digunakan sebagai komponen bangunan.

Teknologi kayu dalam Sĕrat Kawruh Griya telah dipraktikkan masyarakat Jawa sejak berabad-abad yang lalu. Pada akhirnya secara akademis, peneresan kayu sebagai wujud kearifan lokal budaya Jawa, terbukti secara ilmiah sekitar pertengahan abad ke-20. Masyarakat Jawa berdasarkan nalurinya menggunakan fenomena alam sebagai basis melakukan aktivitas peneresan. Penebangan pohon jati yang dilalui dengan proses peneresan dinilai mampu menjaga kelestarian alam dan lingkungan. Pertama, kayu yang dihasilkan lebih awet dan mampu membuat manusia untuk tidak setiap saat menebang kayu untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kedua, peneresan hanya dilakukan pada mangsa tuwa yakni  mangsa kasangakasadasa, dan dhĕsta atau mulai tanggal 1 Maret hingga 13 Mei sesuai dengan pranata mangsa. Tentu saja, 9 musim sisanya merupakan waktu jeda yang baik untuk mempertahankan dan memperbaiki ekosistem. Hal tersebut sangat relevan dalam rangka menjaga keberlanjutan hutan. Ketiga, penghematan penggunaan kayu karena kayu yang dihasilkan berkualitas bagus dan tahan lama.[]

Daftar Pustaka

Soenarno. (1990). “Pengaruh Lama Teresan dan Diameter Tegakan Jati terhadap Persentase Kerusakan Kayu”, Jurnal Penelitian Hasil Hutan, vol. 7, no. 3 halaman 101-105

Suranto, Yustinus. (2011). “Ilmu Tegangan Pertumbuhan dan Peneresan Pohon Sebagai Satu Wujud Teknologi Kayu Berbasis Kearifan Lokal Budaya Jawa”, Jurnal Konservasi Benda Cagar Budaya Borobudur, 41-47. http://borobudur.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalkonservasicagarbudaya/article/view/88




Andriyana Fatmawati

Penulis

andriyana.ef@gmail.com

eyJtYXBfb3B0aW9ucyI6eyJjZW50ZXJfbGF0IjoiLTcuODA1MTM1NjcxOTUxNTUzIiwiY2VudGVyX2xuZyI6IjExMC4zNjQyMTM4Mjg3MzQ2NiIsInpvb20iOjEwLCJtYXBfdHlwZV9pZCI6IlJPQURNQVAiLCJmaXRfYm91bmRzIjp0cnVlLCJkcmFnZ2FibGUiOnRydWUsInNjcm9sbF93aGVlbCI6dHJ1ZSwiZGlzcGxheV80NV9pbWFnZXJ5IjoiIiwibWFya2VyX2RlZmF1bHRfaWNvbiI6Imh0dHBzOlwvXC9qYW5na2FoLmlkXC93cC1jb250ZW50XC9wbHVnaW5zXC93cC1nb29nbGUtbWFwLXBsdWdpblwvYXNzZXRzXC9pbWFnZXNcL1wvZGVmYXVsdF9tYXJrZXIucG5nIiwiaW5mb3dpbmRvd19zZXR0aW5nIjoiPGRpdiBjbGFzcz1cImZjLWl0ZW0tYm94IGZjLWl0ZW1jb250ZW50LXBhZGRpbmcgXCI+XG48ZGl2IGNsYXNzPVwiZmMtaXRlbS10aXRsZVwiPnttYXJrZXJfdGl0bGV9IDxzcGFuIGNsYXNzPVwiZmMtYmFkZ2UgaW5mb1wiPnttYXJrZXJfY2F0ZWdvcnl9PFwvc3Bhbj48XC9kaXY+XG48ZGl2IGNsYXNzPVwiZmMtaXRlbS1jb250ZW50IGZjLWl0ZW0tYm9keS10ZXh0LWNvbG9yXCI+XG48ZGl2IGNsYXNzPVwiZmMtaXRlbS1mZWF0dXJlZCBmYy1sZWZ0IGZjLWl0ZW0tdG9wX3NwYWNlXCI+XG4gICAgICAgICAgICB7bWFya2VyX2ltYWdlfVxuICAgICAgICA8XC9kaXY+XG48cD4gICAgICAgIHttYXJrZXJfbWVzc2FnZX1cbiAgICA8XC9wPjxcL2Rpdj5cbjxhZGRyZXNzIGNsYXNzPVwiZmMtdGV4dFwiPnttYXJrZXJfYWRkcmVzc308XC9hZGRyZXNzPlxuPFwvZGl2PlxuIiwiaW5mb3dpbmRvd19ib3VuY2VfYW5pbWF0aW9uIjoiY2xpY2siLCJpbmZvd2luZG93X2Ryb3BfYW5pbWF0aW9uIjpmYWxzZSwiY2xvc2VfaW5mb3dpbmRvd19vbl9tYXBfY2xpY2siOmZhbHNlLCJpbmZvd2luZG93X3NraW4iOnsibmFtZSI6ImRlZmF1bHQiLCJ0eXBlIjoiaW5mb3dpbmRvdyIsInNvdXJjZWNvZGUiOiI8ZGl2IGNsYXNzPVwiZmMtaXRlbS1ib3ggZmMtaXRlbWNvbnRlbnQtcGFkZGluZyBcIj5cclxuICAgIDxkaXYgY2xhc3M9XCJmYy1pdGVtLXRpdGxlXCI+e21hcmtlcl90aXRsZX0gPHNwYW4gY2xhc3M9XCJmYy1iYWRnZSBpbmZvXCI+e21hcmtlcl9jYXRlZ29yeX08XC9zcGFuPjxcL2Rpdj5cclxuICAgIDxkaXYgY2xhc3M9XCJmYy1pdGVtLWNvbnRlbnQgZmMtaXRlbS1ib2R5LXRleHQtY29sb3JcIj5cclxuICAgICAgICA8ZGl2IGNsYXNzPVwiZmMtaXRlbS1mZWF0dXJlZCBmYy1sZWZ0IGZjLWl0ZW0tdG9wX3NwYWNlXCI+XHJcbiAgICAgICAgICAgIHttYXJrZXJfaW1hZ2V9XHJcbiAgICAgICAgPFwvZGl2PlxyXG4gICAgICAgIHttYXJrZXJfbWVzc2FnZX1cclxuICAgIDxcL2Rpdj5cclxuICAgIDxhZGRyZXNzIGNsYXNzPVwiZmMtdGV4dFwiPnttYXJrZXJfYWRkcmVzc308XC9hZGRyZXNzPlxyXG48XC9kaXY+In0sImRlZmF1bHRfaW5mb3dpbmRvd19vcGVuIjpmYWxzZSwiaW5mb3dpbmRvd19vcGVuX2V2ZW50IjoiY2xpY2siLCJmdWxsX3NjcmVlbl9jb250cm9sIjpmYWxzZSwic2VhcmNoX2NvbnRyb2wiOnRydWUsInpvb21fY29udHJvbCI6dHJ1ZSwibWFwX3R5cGVfY29udHJvbCI6ZmFsc2UsInN0cmVldF92aWV3X2NvbnRyb2wiOmZhbHNlLCJmdWxsX3NjcmVlbl9jb250cm9sX3Bvc2l0aW9uIjoiVE9QX0xFRlQiLCJzZWFyY2hfY29udHJvbF9wb3NpdGlvbiI6IlRPUF9MRUZUIiwiem9vbV9jb250cm9sX3Bvc2l0aW9uIjoiVE9QX0xFRlQiLCJtYXBfdHlwZV9jb250cm9sX3Bvc2l0aW9uIjoiVE9QX0xFRlQiLCJtYXBfdHlwZV9jb250cm9sX3N0eWxlIjoiSE9SSVpPTlRBTF9CQVIiLCJzdHJlZXRfdmlld19jb250cm9sX3Bvc2l0aW9uIjoiVE9QX0xFRlQiLCJtYXBfY29udHJvbCI6dHJ1ZSwibWFwX2NvbnRyb2xfc2V0dGluZ3MiOmZhbHNlLCJtYXBfem9vbV9hZnRlcl9zZWFyY2giOjYsIndpZHRoIjoiIiwiaGVpZ2h0IjoiMzMwIn0sInBsYWNlcyI6W3siaWQiOiIxIiwidGl0bGUiOiJLZXJhdG9uIiwiYWRkcmVzcyI6IktlcmF0b24gSm9namEiLCJzb3VyY2UiOiJtYW51YWwiLCJjb250ZW50IjoiS2VyYXRvbiBOZ2F5b2d5YWthcnRhIEhhZGluaW5ncmF0IGF0YXUgS2VyYXRvbiBZb2d5YWthcnRhIG1lcnVwYWthbiBpc3RhbmEgcmVzbWkgS2VzdWx0YW5hbiBOZ2F5b2d5YWthcnRhIEhhZGluaW5ncmF0IHlhbmcga2luaSBiZXJsb2thc2kgZGkgS290YSBZb2d5YWthcnRhLiBLZXJhdG9uIGluaSBkaWRpcmlrYW4gb2xlaCBTcmkgU3VsdGFuIEhhbWVuZ2t1YnV3YW5hIEkgcGFkYSB0YWh1biAxNzU1IHNlYmFnYWkgSXN0YW5hXC9LZXJhdG9uIFlvZ3lha2FydGEgeWFuZyBiYXJ1IGJlcmRpcmkgYWtpYmF0IHBlcnBlY2FoYW4gTWF0YXJhbSBJc2xhbSBkZW5nYW4gYWRhbnlhIFBlcmphbmppYW4gR2l5YW50aS4gS2VyYXRvbiBpbmkgYWRhbGFoIHBlY2FoYW4gZGFyaSBLZXJhdG9uIFN1cmFrYXJ0YSBIYWRpbmluZ3JhdCBkYXJpIE1hdGFyYW0gSXNsYW0gU3VyYWthcnRhIChLZXJhamFhbiBTdXJha2FydGEpLiBTZWhpbmdnYSBkaW5hc3RpIE1hdGFyYW0gZGl0ZXJ1c2thbiBvbGVoIDIgS2VyYWphYW4geWFrbmkgS2VzdWx0YW5hbiBZb2d5YWthcnRhIGRhbiBLZXN1bmFuYW4gU3VyYWthcnRhLiBUb3RhbCBsdWFzIHdpbGF5YWgga2VzZWx1cnVoYW4ga2VyYXRvbiB5b2d5YWthcnRhIG1lbmNhcGFpIDE0NCBoZWt0YXIsIHlha25pIG1lbGlwdXRpIHNlbHVydWggYXJlYSBkaSBkYWxhbSBiZW50ZW5nIEJhbHV3YXJ0aSwgYWx1bi1hbHVuIExvciwgYWx1bi1hbHVuIEtpZHVsLCBnYXB1cmEgR2xhZGFrLCBkYW4ga29tcGxla3MgTWFzamlkIEdlZGhlIFlvZ3lha2FydGEuIFNlbWVudGFyYSBsdWFzIGRhcmkga2VkaGF0b24gKGludGkga2VyYXRvbikgbWVuY2FwYWkgMTMgaGVrdGFyLiAiLCJsb2NhdGlvbiI6eyJpY29uIjoiaHR0cHM6XC9cL2phbmdrYWguaWRcL3dwLWNvbnRlbnRcL3BsdWdpbnNcL3dwLWdvb2dsZS1tYXAtcGx1Z2luXC9hc3NldHNcL2ltYWdlc1wvXC9kZWZhdWx0X21hcmtlci5wbmciLCJsYXQiOiItNy44MDUxMzU2NzE5NTE1NTMiLCJsbmciOiIxMTAuMzY0MjEzODI4NzM0NjYiLCJjaXR5IjoiWW9neWFrYXJ0YSIsInN0YXRlIjoiRGFlcmFoIElzdGltZXdhIFlvZ3lha2FydGEiLCJjb3VudHJ5IjoiSW5kb25lc2lhIiwib25jbGlja19hY3Rpb24iOiJtYXJrZXIiLCJyZWRpcmVjdF9jdXN0b21fbGluayI6IiIsIm1hcmtlcl9pbWFnZSI6IjxkaXYgY2xhc3M9J2ZjLWZlYXR1cmUtaW1nJz48aW1nIGxvYWRpbmc9J2xhenknIGRlY29kaW5nPSdhc3luYycgYWx0PSdLZXJhdG9uJyBzcmM9J2h0dHBzOlwvXC91cGxvYWQud2lraW1lZGlhLm9yZ1wvd2lraXBlZGlhXC9jb21tb25zXC90aHVtYlwvM1wvMzNcL0tyYXRvbl9Zb2d5YWthcnRhX1BhZ2VsYXJhbi5qcGdcLzEwMjRweC1LcmF0b25fWW9neWFrYXJ0YV9QYWdlbGFyYW4uanBnJyBjbGFzcz0nd3BnbXBfbWFya2VyX2ltYWdlIGZjLWl0ZW0tZmVhdHVyZWRfaW1hZ2UgZmMtaXRlbS1sYXJnZScgXC8+PFwvZGl2PiIsIm9wZW5fbmV3X3RhYiI6InllcyIsInBvc3RhbF9jb2RlIjoiIiwiZHJhZ2dhYmxlIjpmYWxzZSwiaW5mb3dpbmRvd19kZWZhdWx0X29wZW4iOmZhbHNlLCJhbmltYXRpb24iOiJCT1VOQ0UiLCJpbmZvd2luZG93X2Rpc2FibGUiOnRydWUsInpvb20iOjUsImV4dHJhX2ZpZWxkcyI6IiJ9LCJjYXRlZ29yaWVzIjpbeyJpZCI6IiIsIm5hbWUiOiIiLCJ0eXBlIjoiY2F0ZWdvcnkiLCJleHRlbnNpb25fZmllbGRzIjpbXSwiaWNvbiI6Imh0dHBzOlwvXC9qYW5na2FoLmlkXC93cC1jb250ZW50XC9wbHVnaW5zXC93cC1nb29nbGUtbWFwLXBsdWdpblwvYXNzZXRzXC9pbWFnZXNcL1wvZGVmYXVsdF9tYXJrZXIucG5nIn1dLCJjdXN0b21fZmlsdGVycyI6IiJ9XSwic3R5bGVzIjoiIiwibGlzdGluZyI6IiIsIm1hcmtlcl9jbHVzdGVyIjp7ImdyaWQiOiIxNSIsIm1heF96b29tIjoiMSIsImltYWdlX3BhdGgiOiJodHRwczpcL1wvamFuZ2thaC5pZFwvd3AtY29udGVudFwvcGx1Z2luc1wvd3AtZ29vZ2xlLW1hcC1wbHVnaW5cL2Fzc2V0c1wvaW1hZ2VzXC9tIiwiaWNvbiI6Imh0dHBzOlwvXC9qYW5na2FoLmlkXC93cC1jb250ZW50XC9wbHVnaW5zXC93cC1nb29nbGUtbWFwLXBsdWdpblwvYXNzZXRzXC9pbWFnZXNcL2NsdXN0ZXJcLzQucG5nIiwiaG92ZXJfaWNvbiI6Imh0dHBzOlwvXC9qYW5na2FoLmlkXC93cC1jb250ZW50XC9wbHVnaW5zXC93cC1nb29nbGUtbWFwLXBsdWdpblwvYXNzZXRzXC9pbWFnZXNcL2NsdXN0ZXJcLzQucG5nIiwiYXBwbHlfc3R5bGUiOmZhbHNlLCJtYXJrZXJfem9vbV9sZXZlbCI6IjEifSwibWFwX3Byb3BlcnR5Ijp7Im1hcF9pZCI6IjEiLCJkZWJ1Z19tb2RlIjpmYWxzZX19

Daksinargastuti, Menyenandungkan Kembali Syair-syair Kuno Yogyakarta

Daksinargastuti merupakan kegiatan Komunitas Jangkah Nusantara yang meliputi pemetaan, preservasi naskah kuno, bengkel sastra-aksara dan macapat, serta alih aksara manuskrip.
Lihat Rekaman Baca Pengantar
poster diskusi